Bangsa tempe. Itulah anekdot untuk memberikan gambaran bangsa yang lemah, tak berdaya dan sebagainya.
Bahkan, istilah bangsa tempe juga pernah diucapkan dalam Pidato Soekarno pada 17 Agustus 1963 sebagai ungkapan Indonesia bukan bangsa pengemis, melainkan negara besar.
Benar, bisa dikatakan hampir sebagian besar penduduk negeri ini mengenal tempe dan tahu. Setiap makan, tak lengkap rasanya bila tidak ada tempe dan tahu. Oleh karena itu, adalah wajar ketergantungan bangsa ini terhadap tempe dan tahu dengan bahan baku dari kedelai itu sangat besar.
Persoalannya, Indonesia sangat bergantung sekali pada kedelai impor. Indonesia sendiri setiap tahunnya membutuhkan sebanyak 2 juta ton kedelei untuk memenuhi kebutuhan di dalam negeri.
Ironisnya, Indonesia yang dikenal sebagai negeri tempe tahu tidak mampu memenuhi kebutuhan kedelai itu. Petani lokal hanya mampu memenuhi 60% kebutuhan dalam negeri. Dalam rangka itu, pemerintah pun mencanangkan swasembada kedelai pada 2014. Namun, produksi itu tidak pernah mengalami kenaikan.
Salam Tempe...